Apakah
Intervensi Pendidikan Dapat Mengurangi Kesenjangan Gender Dalam Keterampilan
Komunikasi? tinjauan sitematis
Komunikasi dokter-pasien
yang efisien sangat penting untuk
meningkatkan kepuasan pasien, kepatuhan terhadap pengobatan dan hasil
pengobatan. Keterampilan komunikasi yang baik memiliki manfaat bagi dokter,
seperti peningkatan kepuasan kerja, kesejahteraan, dan pencegahan kelelahan. Kemampuan komunikasi yang baik dipandang
sebagai salah satu kompetensi utama bagi lulusan kedokteran oleh para ahli dalam
desain kurikulum dan mahasiswa itu sendiri.
Dampak dari intervensi pendidikan terhadap kemampuan komunikasi mahasiswa
pria dan wanita belum ditinjau secara sistematis. Tujuan dari tinjauan ini
adalah untuk mengidentifikasi intervensi yang digunakan untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi dalam kurikulum kedokteran dan menyelidiki
keefektifannya dalam meningkatkan keterampilan komunikasi mahasiswa kedokteran
pria dan wanita.
Sebuah tinjauan sistematis literatur dilakukan dengan menggunakan pedoman
PRISMA. Kriteria inklusi adalah yaitu menggunakan strategi intervensi yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kmunikasi, partisipan adalah mahasiswa
kedokteran, dan penelitian merupakan penelitian primer, tinjauan sistematis,
atau meta-analisis.
2913 artikel diidentifikasi berdasarkan istilah pencarian. Setelah tinjauan
judul, abstrak, dan teks lengkap, 58 penelitian dimasukkan dengan intervensi
yang terdiri dari Pelatihan atau Kursus Dana, Kurikulum Terpadu, Kursus
Pembelajaran Pasien, dan Kursus pembelajaran Berbasis Komunitas. 69% artikel
melaporkan peningkatan keterampilan komunikasi untuk kedua jenis kelamin secara
merata, 28% untuk perempuan lebih banyak daripada laki-laki, dan 3% untuk
laki-laki lebih banyak daripada perempuan. 16 dari 58 artikel melaporkan data
numerik mengenai keterampilan komunikasi sebelum dan sesudah intervensi.
Analisis menunjukkan bahwa skor pasca intervensi secara signifikan lebih besar
daripada skor pra-intervensi untuk siswa laki-laki (p<0.001) dan perempuan
(p<0.001). Meskipun skor post-test siswa laki-laki secara signifikan lebih
rendah daripada siswa perempuan (p=0,01), tidak ada perbedaan yang signifikan
antara jenis kelamin untuk manfaat yang diperoleh, atau perbedaan antara skor
pasca-intervensi dan pra-intervensi. (p=0,15) menunjukkan bhawa kedua jenis
kelamin sama-sama diuntungkan.
Implementasi pelatihan komunikasi ke dalam pendidikan kedokteran mengarah
pada peningkatan keterampilan komunikasi mahasiswa kedokteran, terlepas dari
jenis kelamin. Tdiak ada intervensi khusus yang bermanfaat bagi mahasiswa
laki-laki yang diidentifikasi dari literatur yang dipublikasikan, sehingga
menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi fenomena
kesenjangan gender salam keterampilan komunikasi dan bagaimana meminimalkan
perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.
Sebagian besar penelitian yang disertakan adalah penelitian non-acak, dengan desain oportunitik dan hasil pada tingkat Kirkpatrick III-IV. Meskipun tidak ada batasan bahasa yang diberlakukan, sebagian besar penelitian berasal dari Eropa dan Amerika Serikat, sehingga membatasi transferbilitas hasil. Tinjauan ini berfokus pada gender biner (laki-laki-perempuan), berdasarkan keterbatasan metodologi dalam menyertakan studi, di mana tidak selalu memungkinkan untuk memastikan apakah partisipan mengidentfifikasi diri mereka termasuk dalam salah satu gender biner. Studi ini tidak mempertimbangkan faktor interseksional lainnya, karena memasukkan interseksionalitas akan membatasi jumlah penelitian yang dapat dimasukkan (oleh Nabillah Faui)
Komentar
Posting Komentar